Rangkaian peristiwa sejarah dou donggo dalam memeperjuangkan identitas dou donggo, begitu mewarnai khasanah
sejarah donggo, begitupun dengan kisah Sambolo kala berikut ini. Sambolo kala adalah nama pedang/parang yang di
miliki oleh Ompu Donggo. Kata Sambolo = Parang/pedang
Kala =merah/Darah. Sambolo kala biasannya di gunakan untuk sembelih atau
memotong hewan.
Awal cerita Menurut legenda
setempat, moyang Kami Dari Donggo pernah berseteru dengan Banginda Raja Bima dalam
suatu pertemuan di istana Bima yang sekarang Asi Mbojo. Namanya Ompu Donggo,
Sebagai Penguasa Donggo mendapat murka raja di hadapan para pejabat Kerajaan.
Akibat di marahi didepan orang banyak , Ompu Donggo amat terpukul, ia pun
pulang ke Donggo dengan persaan dongkol.dan dendam membara pada Sang Raja Bima.
Seperti biasa dan sudah menjadi tradisi bagi Rakyat Bima, tiap musim para pejabat Daerah Kecamatan
mempersembahkan hadiah kepada Raja diistana. hadiah itu berupa hasil panen
berikut kerbau jantan. dalam idiom orang Donggo setempat dikatakan sahe
dalawanga ( kerbau bertanduk lebar) begitu lebarnya tanduk kerbau, ketika
binatang itu melewati lare-lare (pintu Gerbang istana bagian Barat) kepalanya harus dimiringkan agar bisa masuk
halaman istana. Tiap penguasa wilayah berusaha mempersembahkan kerbau paling
besar sebagai tanda kepatuhan pada Tuan Raja.
Manakala para penguasa
Daerah datang, Raja biasanya duduk di istana menghadap sera suba disebelah
barat istana ( Asi Mbojo), beliau dengan sendirinya bisa menyaksikan satu
persatu para ompu membawa hadiah, mereka masuk ke istana lewat lare-lare (pintu
masuk Asi Mbojo).
Setahun setelah
peristiwa di istana Ompu Donggo seperti
biasa mempersembahkan hadiah, Tahun berikutnya juga begitu, rupanya pada kali
ketiga , Ompu Donggo membayar sakit hatinya. ia datang membawa hasil panen ala
kadarnya dan kerbau cacat yang tidak
bertanduk.
Menyaksikan ulah Ompu Donggo, Raja murka” anda
telah mempermalukan saya “ kata raja pun memarahi habis-habisan Ompu Donggo.
Ompu mencoba membela diri, Katanya “ utang penghinaan
dibalas penghinaan, utang nyawa di bayar nyawa.”
Dia mengingatkan raja
akan peristiwa tiga tahun silam “baginda memarahi hamba dimuka umum, baginda yang mempermalukan
hamba”.
Seraya berkata begitu
ia mencabut keris kebesaran khas Donggo terselip dipinggangnya, “ Mohon hamba
diselesaiakan sebagai laki-laki Donggo”. Katanya sembari menyodorkan kerisnya
kepada Raja.
Dengan jiwa besar pula
ompu Donggo memberikan pula “ Sambolo “ (ikat kepala khas Bima) miliknya kepada
raja sebagai Samawo. Samawo biasanya
adalah penutup leher binatang ketika disembelih . “ pakailah sambolo hamba:.
Kata Ompu Donggo, dia pun berpesan , kiranya
raja mengembalikan sambolo yang berlumuran darah kelak ke Donggo.
Biarlah rakyat tahu bahwa pemimpinya yg menjujnjung tingi
harga diri. Ketimbang patuh pada pemimpin yang zolim.
Raja dengan siagap menerima
keris dari tangan Ompu Donggo , seluruh pejabat yang hadir menahan napas
menyaksikan peristiwa tersebut, raja yang didorong oleh amarah dan nafsu setan,
sekali sabet saja, kepala ompu Donggo pun melayang seketika. Sesuai pesan ompu Donggo,
mayat berikut sambolonya dikirim ke donggo. Yang sekarang masih di simpan di
rumah masyarakat Desa Kala (lokasi situs la hila)
Sejarah di atas
menandakan manusia tidak bisa diatur sesama manusia seperti robot karena
manusia sama diciptakan oleh Allah SWT yang semuanya berasal dari tanah dan
tidak ada sepotong manusiapun yang diciptakan oleh allah dari emas atau
perunggu. olehnya demikian tidak perlu kita berbangga dengan pangkat dan
jabatan serta kedudukan di dunia ini, itu semu hanya sementara.
Dan hindari
kesewenang-wenangan didalam memimpin manusia karna manusia punya perasaan malu sebab
ketika malu itu tidak bisa dikontrol maka yang terjadi seperti Kisah’’ Ompu Donggo“ dan sekarang sudah nampak
lagi peristiwa-peristiwa yang sungguh luar biasa, antara lain terbakarnya
Pandopo Bima, Kantor Bupati Bima, Pekelahin antar Kampung Di Negeri Bima dan
masih banyak kejadian-kejadian lainya. ini semua perlu direnungkan bagi kita
semua yang memangku kepentingan rakyat,
Janganlah Kita mengedepankan hawa nafsu dan kepentingan kelompok sehingga
mengorbankan nilai-nilai peradaban sebagai Dou Mbojo dan umat Nabi Muhammad.
jika tidak maka kita akan lenyap seperti Raja Firaun, Namruz dsb.
Tulisan ini sengaja
saya persembahkan pada semua kawan-kawan yang cinta akan kedamaian, dan sebagai
renungan bagi para pemimpin yang sedang melaksanakan tugas baik dipemerintah
maupun swasta di darat maupun dilaut.
Bima, 17 Oktober 2012.
Salam Kedamaian dari Sang Donggo Muda
Oleh : M. Rifial Akbar, SEAL( Instruktur Kemaritiman)
Pada SMK
10 Bima NTB.
keren,,,,masih ada ngga sejarah yg lain tentang donggo
BalasHapuskeren,,,,masih ada ngga sejarah yg lain tentang donggo
BalasHapusMantap.. boleh minta kontaknya sobat .. kita juga senasib.. salam kenal sama dou mbojo ndai..
BalasHapusterimakasih telah memberikan tanggapannya, catatan diatas, adalah satu dari ratusan cerita tentang kebimaan. yang tentunya masih banyak kekurangan, bagi yang punya karya, coretan, tentang bima. boleh sumbangin.
Hapuscontak (cp : 085338815995)
Luar biasa knda sambolo kala
BalasHapusMungkin harus disertai literasinya, agar tulisanya bisa jadi bahan acuan sejarah yg mencakup dimensi sejarah
BalasHapus